Dunia teknologi kembali menghadirkan lompatan besar. Setelah kehadiran Traditional AI dan Generative AI (GenAI) yang sempat merevolusi industri, kini muncul pendekatan yang lebih canggih: Agentic AI. Sejak 2023, teknologi ini mulai mencuri perhatian industri global. Pada ajang Y Combinator Demo Day musim semi 2025, lebih dari separuh startup menampilkan solusi Agentic AI, mencerminkan lonjakan adopsi yang signifikan di sektor keuangan, kesehatan, logistik, hingga perangkat lunak.
Menurut laporan Market.us, nilai pasar global Agentic AI diproyeksikan melonjak dari US$5,2 miliar pada 2024 menjadi US$196,6 miliar pada 2034. Amazon pun telah membentuk tim khusus untuk mengintegrasikan teknologi ini ke dalam sistem robotika mereka, menandai awal dari transformasi ekosistem kerja berbasis agen pintar. IBM, Microsoft, dan Google turut mengembangkan platform serupa, mempercepat penetrasi Agentic AI dalam industri.
Memandang hal ini, Director Enterprise Application Services Business Multipolar Technology, Jip Ivan Sutanto, berpendapat konsep Agentic AI sebagai pendekatan berbasis AI yang tidak hanya responsif, tetapi juga proaktif, adaptif, kolaboratif, dan otonom.
“Proaktif karena dapat mengenali peluang atau risiko tanpa diminta. Adaptif sebab sistemnya mampu menyesuaikan strategi berdasarkan data dan konteks,” ujarnya, dalam seminar “Transforming Business with Agentic AI and Advance Analytics” yang diselenggarakan oleh PT Multipolar Technology Tbk, mengutip keterangan pers (12/6).
Lebih lanjut, Agentic AI membuka ruang untuk kolaborasi dan integrasi teknologi. “Lalu, kolaboratif, teknologinya mudah dikolaborasikan dengan solusi lain, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan potensi AI secara maksimal. Sementara disebut otonom karena Agentic AI bisa bekerja secara mandiri, termasuk merencanakan, mengambil keputusan, dan mengeksekusi tindakan, merujuk pada tujuan yang ditetapkan,” ujar Jip ivan.
Menilik keunggulan dan potensi pemanfaatan Agentic AI
Jika Generative AI bersifat reaktif dan menunggu perintah pengguna, Agentic AI justru sebaliknya—mampu bertindak berdasarkan tujuan dan konteks yang dipelajari secara mandiri. Di lingkungan bisnis, perbedaan ini sangat krusial karena menjadikan perusahaan lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien dalam pengambilan keputusan.
Salah satu solusi yang menunjang implementasi Agentic AI adalah IBM watsonx. Menurut Kevin Jonathan, Data Scientist di Multipolar Technology, platform ini menjadi fondasi dalam membangun AI agents yang dapat berinteraksi dengan data, membuat perencanaan, mengambil keputusan, hingga mengeksekusi proses bisnis secara mandiri namun tetap berada dalam pengawasan manusia.
“IBM watsonx Code Assistant membantu pengembang Agentic AI membangun solusi lebih cepat dengan menulis atau merevisi kode secara otomatis sehingga memberikan banyak ruang bagi perusahaan untuk melakukan inovasi,” ungkap Kevin.
Sementara itu, IBM Planning Analytics berperan sebagai mesin perencanaan yang memungkinkan perusahaan membangun agen AI untuk meramalkan tren keuangan, mengatur alokasi sumber daya, dan mengusulkan strategi bisnis berdasarkan data real-time.
Seiring pesatnya adopsi dan prediksi lonjakan nilai pasar, Jip Ivan menyampaikan peringatan kepada pelaku industri agar tidak tertinggal dalam persaingan. “Agar tak kalah dalam persaingan, perusahaan-perusahaan di berbagai sektor, terutama perbankan, keuangan, asuransi, telekomunikasi, otomotif, dan penerbangan, perlu segera memanfaatkan Agentic AI,” katanya.
Dengan potensi pertumbuhan yang luar biasa dan dampak langsung terhadap produktivitas dan efisiensi operasional, Agentic AI bukan sekadar teknologi baru—melainkan kunci keberlanjutan daya saing perusahaan di masa depan.